Kamis, Februari 26, 2015

Sang Inspirator



;Seorang Puan yang menginspirasi

Puan yang cantik, bagaimana keadaanmu? Kudengar (mungkin lebih tepatnya kubaca karena aku mengetahuinya melalui twitter) engkau sempat jatuh sakit ya? Bagaimana mau tidak sakit jika tidurmu selalu sulit? Jagalah tubuhmu, coba minum susu hangat sebelum engkau berangkat tidur. Siapa tahu insomnia akutmu bisa sedikit berkurang.

Puan yang baik, entah mengapa aku jatuh hati. Jatuh cinta pada setiap kumpulan kata yang mampu kau rangkai dalam sebuah cerita. Tenang saja, cinta ini tidak berbahaya kok karena bukan jenis cinta yang tumbuh antara Adam dan Hawa. Melainkan sebuah cinta kepada Mahakarya Indah.

Surat yang engkau buat selalu indah untuk dibaca. Di sana tersimpan berbagai rasa; senang, sedih, ragu, rapuh, ikhlas, pun juga harap. Aku menyukai setiap kisah yang kau tuliskan dan kau sertakan dalam #30 HariMenulis SuratCinta. Jika engkau bertanya yang mana, jujur aku bingung menjawabnya. Karena setiap katamu begitu sarat makna. Ialah dukungan yang engkau berikan kepada setiap Puan di dalam Semesta; Rahasia-rahasia di Dada Hawa. Aksaramu menguatkan aku yang juga seorang Puan; turunan sang Hawa. Suratmu mengingatkan aku tentang bagaimana mencinta dengan penuh ikhlas, tentang bagaimana bersabar dalam melantunkan doa doa, juga tentang berdiri tegar dengan hati seluas semesta.

Sungguh aku jatuh hati pada rangkaian aksaramu; pada Akar Pikiran mu. Bagaimana engkau bisa menulis kisah yang begitu menginspirasi? Semoga kelak, tulisanku juga mampu membuat orang lain jatuh hati; seperti diriku saat ini.

Salam,
Aku yang mengagumi karyamu.

Rabu, Februari 25, 2015

(Mencoba) Mengenal Sebuah Penantian



Kepada
Engkau yang dinamai Penantian

Surat ini sengaja aku tujukan kepadamu, Tuan dari segala sabar dan pusat dari semua tegar. Engkau, yang disebut orang sebagai Penantian. Sayangnya surat ini bukan seperti surat cinta lainnya yang aku tulis. Bahkan mungkin ini lebih kepada sebuah surat tentang keingin-tahuanku semata karena belum mendapat jawab untuk setiap tanya.

Sebelum aku mengajukan pertanyaan yang sebenarnya, aku ingin tahu bagaimana kabarmu. Karena sudah lama kita tidak bertegur sapa. Apakah engkau masih setia berdiri di tempat yang sama? Masih tetap samakah keadaanmu dengan yang kulihat pertama kali? Masihkah engkau menyimpan luka?

Jangan suka menumpuk duka pun lara jika engkau tak ingin ada lubang yang nantinya akan tetap menganga.

Ada beberapa hal yang ingin kutanyakan kepadamu, duhai Tuan yang mungkin kekal. Bagaimana engkau bisa menjaga setiamu? Berdiri di situ meski waktu terus berlalu? Tak kuhitung sudah berapa lama engkau tak beranjak dari posisimu, sebuah sudut ruangan yang penuh dengan berjuta kenangan. Aku begitu heran, tidakkah sekalipun terlintas di benakmu untuk pergi? Pergi, dan lari ketika ternyata apa yang kau ingini tak kunjung hadir menepati janji? Apa engkau tidak mengenal kata “berhenti”? Tidak adakah “ketidak-pastian” tertulis dalam kamusmu? Bagaimana engkau mampu tetap sabar dan berdiri tegar meski ragu tak berhenti terus mengejar dan senantiasa menghajar? Tidak sedihkah engkau dalam waktu panjang yang engkau habiskan hanya demi dia yang belum tentu datang?

Tolong berikan jawaban atas semua tanya yang aku berikan. Aku membutuhkan sebuah kejelasan; sebuah pencerahan pun pengertian. Karena tampaknya aku akan menjadi bagian dari dirimu; memasuki duniamu, wahai sebuah Penantian.

Dariku,
Seorang puan yang telah, sedang, dan akan selalu menanti.

Selasa, Februari 24, 2015

Lelaki Pelantun Lagu(ku)



Teruntuk:
Lelaki Pelantun Lagu(ku)

Surat ini kutuliskan untukmu, wahai Lelaki sang pelantun lagu. Hmm, jangan terlalu berharap dulu bahwa ini adalah sebuah surat cinta karena ini memang bukan surat cinta. Hahaha, maaf sudah menjatuhkanmu bahkan sebelum kamu sempat berangan-angan. Tapi kurasa kamu sudah tahu bagaimana aku kan?

Duhai Lelaki, tidakkah kamu merasa Hidup itu penuh dengan misteri? Dia dengan selera humornya, pun segala kejutan yang telah disiapkannya untuk siapa saja; bahkan untuk kita. Tak jarang manusia gagal memahami segala Kuasa yang Maha, dan kurasa kita juga sebagian dari mereka. Bahkan tak sedikit pula dari manusia itu yang pergi tanpa benar-benar memaknai segala rahasia semesta. Akankah juga kita? Karena kini, Hidup, dengan sebuah kejutannya sedang hadir di hadapan kita.

Bagaimana bisa, kita yang sudah lama saling bertukar nomor kontak tidak pernah sekalipun saling menyapa; tidak hingga empat hari yang lalu. Bukankah itu lucu? Semuanya malah bermula hanya dari sebuah status yang aku tuliskan di aplikasi pesan, dan berujung pada obrolan panjang—yang entah tidak tahu tentang apa. Empat hari kita lalui tanpa sekalipun terlewatkan oleh canda dan tawa karena cerita yang ada-ada saja. Dan malam tadi, kamu pun melakukan sesuatu yang sungguh tidak kuduga. Kamu menyanyi. Untuk siapa? Untukku. Itu sangat mengejutkanku, kamu tahu itu? Kukira kamu hanya bercanda pada awalnya, tetapi siap sangka kamu malah benar-benar mengirimkannya; sebuah rekaman suara yang kurasa cukup indah. Kamu peruntukkan padaku. Dan aku pun menyukainya. Ya, aku suka, meski tidak langsung jatuh hati. Kamu menyanyi penuh dengan rasa. Petikan senar gitar yang mengalun sayup mengiringi lantunan lagumu terasa begitu satu; begitu padu. Aku menyukainya.

Hanya saja, rasa suka ini berbeda, dan aku pun tak berniat untuk mengubahnya. Maka dari itu, Lelaki, ingatkan aku bahwa kita hanya sebatas rindu yang tidak menyatu. Sudah ada dia yang menghuni hatiku, dan akan tetap begitu. Maaf untuk sekali lagi menghalangimu untuk menaruh harap. Karena harap itu telah tiada, bahkan sebelum ia pernah singgah.

Salam,
Penikmat Lantunan Lagumu

Kamis, Februari 19, 2015

Surat Balasan Untuk Bosse



Malang,
Hari dua puluh Bulan dua Tahun dua nol satu lima
Pukul Sembilan nol tujuh

Kepada:
Bosse @poscinta yang suka senyum perangko.

Halo Bosse. Salam perangko untuk Bosse yang selalu ceria menyampaikan tumpukan cinta pada para pecinta. Semoga hari ini tetap ceria meski mentari sedang enggan menyapa. Salam kenal Bosse, saya Tika. Ini surat cinta pertama yang saya kirimkan untuk Bosse karena ini memang tahun pertama saya turut serta dalam #30HariMenulisSuratCinta. Semuanya indah, penuh dengan pengalaman pertama, surat pertama, orang pertama, juga kenangan tentang cinta pertama. *jadi sedikit curhat*

Oiya, saya telah membaca surat undangan dari Bosse malam tadi. Maka itu, saya kirimkan sebuah surat balasan ini. Sungguh saya senang mendapatkan surat undangan itu. Sejenak bagaikan terbang ke awan dan merangkai banyak angan-angan. Namun seketika seperti disadarkan dan dijatuhkan lagi ke atas bumi. Entah mengapa, ketika semakin dirasa, semakin menyesakkan dada. Undangan bahagia dari Bosse yang penuh cinta seolah berubah layaknya sebuah undangan nikah dari mas mantan terindah. Harusnya itu undangan yang membahagiakan, tapi malah jadi menyesakkan; meski sesaknya berbeda. Ialah masalah keikhlasan atau cemburu yang sedikit mulai mengakar yang tertuju pada mas mantan karena dia menikah duluan. Namun yang tertuju pada Bosse ialah sedih yang mendarah daging karena saya tidak dapat menjadi bagian dari hari yang harusnya membahagiakan. Bukan, bukan saya enggan datang. Namun terlebih karena jarak yang terlampau jauh memisahkan. Belum juga waktu yang tampaknya masih tidak berkenan. Maaf karena tidak dapat hadir dan bertemu dengan Bosse dan juga kangpos baik lainnya, seperti @iitsibarani_ yang tahun ini jadi kangpos cantik pengirim surat cinta saya *semoga cepat sembuh*, @mungaremike yang setia menghantarkan cinta pada semesta, @ikavuje yang dengan indahnya melantunkan kisah cinta, serta kangpos lain yang tidak saya sebutkan satu per satu. Terima kasih untuk semua cinta yang bersemi :D

Sungguh, ingin rasanya saya meminjam pintu kemana saja milik Doraemon untuk bisa hadir di Bandung pada 1 Maret mendatang. Atau mungkin, meminjam bubuk sihir Harry Potter untuk bisa ber-disapparate langsung menuju lokasi pertemuan. Menyaksikan semuanya dengan mata kepala saya sendiri, berfoto bersama mengabadikan momen indah pertemuan kita, juga tertawa bersama dengan para pecinta.Tapi semua itu tinggallah sebuah angan, Bosse. Seandainya, waktu dan tempat juga mengijinkan, saya harap suatu saat gathering ini bisa dilaksanakan di kota saya. Saya akan dengan senang hati turut serta. Sudah dulu ya Bosse, mau nangis nyesek dulu karena gak bisa datang nih T_T

Tertanda,
Pengirim surat cinta.

Rabu, Februari 18, 2015

Mengharap Dewasamu



Kepada:
Wahyu Chandra Wienanda
Di tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
                Nama    : Wahyu Kartika Wienanda
                Jabatan: Kakak perempuan/Anak pertama
yang kemudian disebut sebagai ingin mengirimkan sebuah surat cinta kepada adik laki-laki tercinta saya.
*oke, udahan dulu formalitasnya*

Hai dik! Tos dulu. What’s up Bro? Kaget ya dapet surat? Lebih kaget dari karena yang ngirim Mbak mu sendiri? Hahaha sama, aku juga kaget kenapa pengin ngirim surat buat kamu. Paling ini sudah bukan surat pertama dari seorang cewek yang pernah kamu terima ya? Apa sekarang udah bukan jamannya lagi pakai surat-suratan? Yaaah, yang penting ini surat pertama (dan mungkin satu-satunya) yang pernah Mbak mu ketikkan dan tujukan padamu. Kamu kudu bangga lho *maksa* *nodongin pisau dapur*

Oiya, sekarang kamu lagi menyiapkan diri menghadapi ujian nasional kan? Semangat ya! Belajar yang rajin oey. Jangan main mulu. Kamu ini kan sebenernya pintar, tapi kalau nggak belajar ya sama aja bohong. Sayang otaknya. Sayang cakepnya juga kalau ujung-ujungnya bloon. *eh* Mangkanya yang rajin ya adikku sayang. Emang sih Mbak mu ini gak selalu nemenin kamu belajar. Tapi Mbak mu akan selalu mendoakan kok; dalam setiap hembusan nafas dan dalam setiap sujud Mbak. Ceileeee.. Mbak sayang sama kamu lho, meski seringnya Mbak ngajakin bertengkar ato sering nyuruh-nyuruh doang. Mungkin Mbak mu satu ini orangnya sadis ya, bentuk kasih sayangnya sambil rada nyiksa orang gitu. Hahaha maap. Tapi beneran, suer, gak bohong, samber gledek. Mbak pengin liat kamu jadi lelaki dewasa yang bisa diandalkan, sebagai pelindung keluarga seperti Ayah nantinya. Mbak juga pengin liat kamu sukses sama sekolahnya, sama cita-cita yang kamu punya. Sampai akhirnya nanti kamu bisa membangun keluarga dengan orang yang kamu sayang dan sayang kamu seutuhnya. Maka dari itu, belajarlah lebih dewasa seiring waktu. Belajarlah lebih memakai logika. Belajarlah lebih bersabar dan berbakti sama orang tua. Belajarlah menyayangi orang lain dengan tulus. Belajarlah untuk selalu bangkit lagi setiap kamu jatuh. Belajarlah untuk kuat dan tegar dalam menghadapi segala hal yang ada di depanmu. Mbak janji akan selalu ada ketika kamu butuh. Meski Mbak gak bisa ngomong manis atau puitis di saat kamu butuh, tapi satu yang perlu kamu ingat, semua kata-kata Mbak itu sekedar untuk memberikan kekuatan lagi padamu. Semangat yaaaaa!!

Udahan dulu deh surat-suratannya. Bingung mau ngomong apa lagi *blushing*. May God always be with you and give you all you need :D

Tertanda,
Mbak mu yang suka malu-malu